Rabu, 07 Februari 2018

Susu Kedelai Berbahaya Bila Dikonsumsi, Mitos atau Fakta?

Susu kedelai telah dikenal selama ribuan tahun dan dikatakan memiliki nutrisi berlimpah.

Namun, seiring berkembangnya usia, produk susu semakin beragam dan asupan susu kedelai perlahan menurun.

Berdasarkan penelitian Fortune, cara melancarkan haid penjualan susu kedelai turun 57 persen dari puncak $ 1,2 miliar di tahun 2008.

Namun, diprediksi masa depan susu kedelai akan dicintai lagi. Apa alasannya?

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh McGill University menemukan bahwa susu kedelai merupakan alternatif susu bergizi, yang kedua setelah susu sapi.

Ahli gizi Whitney English Tabaie mengungkapkan bahwa sejauh ini, kurangnya penilaian tentang susu kedelai tidak dapat dipisahkan dari klaim yang sudah usang.

Ada juga masalah yang berkaitan dengan masalah kesehatan seperti kanker, kesuburan, jerawat dan hipotiroidisme.

"Nah, yang sekarang kita tahu tidak akan ditolak, kedelai tidak berbahaya bagi kesehatan manusia."

"Sebaiknya mencegah dan mengobati penyakit kronis seperti kanker payudara, prostat, penyakit kardiovaskular, sindrom metabolik dan diabetes," kata Tabaie.

Studi tersebut membandingkan nilai gizi dari keempat jenis minuman susu yang paling banyak dikonsumsi, yaitu almond, kelapa, beras dan kedelai, dengan susu sapi.

Temuan tersebut mengungkapkan bahwa kedelai tidak hanya kaya protein, tapi juga menawarkan isoflavon, yang merupakan anti-karsinogenik fitokimia.

"Susu kedelai mengandung profil makronutrien yang luar biasa."

"Satu cangkir berisi sekitar tujuh gram protein, dua gram serat dan empat gram lemak tak jenuh," kata Tabaie.

"Saya melakukan sedikit riset dan sampai pada kesimpulan bahwa kedelai sudah ada selama ribuan tahun dan mungkin masalahnya bukan dengan kedelai, tapi dengan proses yang harus dipertanyakan."

Demikian pula Michelle Silva salah satu peneliti dalam penelitian ini.

"Saya minum susu kedelai organik tanpa gula dicampur dengan kopi setiap hari, dan saya menyukai tekstur kasarnya," kata Silva.

Menurut penelitian Mintel, siklus menstruasi penjualan susu non-sapi di Amerika Serikat meningkat 61 persen sejak 2012 dan mencapai lebih dari 2,1 miliar dollar AS pada 2017.

Tren ini disebabkan oleh peningkatan jumlah pengikut gaya hidup vegetarian, kesadaran akan antibiotik dan hormon pertumbuhan yang sering ditemukan pada susu sapi.